Krisis Pupuk di Kabupaten Padang Lawas: Petani Terpaksa Beli Pupuk Non Subsidi yang Mahal
- Rabu, 19 Februari 2025

JAKARTA - Para petani di Kabupaten Padang Lawas tengah dilanda krisis pupuk bersubsidi. Kesulitan untuk mendapatkan pupuk murah yang mereka butuhkan untuk tanaman mengharuskan mereka beralih pada pupuk non-subsidi yang harganya jauh lebih mahal. Situasi ini membebani petani dan mengancam produktivitas pertanian yang pada akhirnya dapat mempengaruhi ketahanan pangan daerah.
Pupuk Bersubsidi Sulit Didapatkan
Ketiadaan pupuk bersubsidi di pasaran telah menjadi masalah mendesak bagi petani di Kabupaten Padang Lawas. Meskipun pemerintah menyediakan pupuk bersubsidi untuk membantu meringankan beban petani, banyak dari mereka masih kesulitan mendapatkan pasokan yang cukup dan tepat waktu. Pengadaan yang tidak memadai membuat petani harus menghadapi risiko gagal panen karena kurangnya nutrisi penting untuk tanaman mereka.
"Selama periode menanam padi tahun ini, kami hanya memperoleh pupuk bersubsidi satu kali dan setiap petani hanya mendapat alokasi sekitar 25 kilogram saja. Sedangkan kebutuhan dari mulai penanaman hingga panen, petani memerlukan paling sedikit sekitar 150 kilogram," ungkap Muhammad Zain, salah satu petani dari daerah tersebut.
Biaya Meningkat dengan Pupuk Non-Subsidi
Karena kelangkaan pupuk bersubsidi, petani di Padang Lawas terpaksa membeli pupuk non-subsidi meski harganya sangat tinggi. Menurut para petani, harga eceran tertinggi pupuk non-subsidi mencapai Rp8.000 per kilogram, jauh lebih mahal dibandingkan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi yang hanya Rp2.000 per kilogram.
Peningkatan biaya pemupukan ini tentu saja mempengaruhi margin keuntungan petani secara signifikan, memaksa mereka untuk mengeluarkan dana lebih banyak demi memastikan tanaman mereka tidak mengalami defisiensi nutrisi yang dapat memicu gagal panen.
Pemerintah Diharapkan Ambil Tindakan
Para petani berharap agar pemerintah segera turun tangan dalam mengatasi masalah ini. Untuk mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani, pemerintah diharapkan dapat memastikan distribusi pupuk bersubsidi berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Tanpa kebijakan dan tindakan nyata, krisis pupuk ini dapat berdampak pada hasil pertanian dan dapat menurunkan produksi pangan daerah.
Petani seperti Muhammad Zain menyerukan agar perhatian lebih dari pihak berwenang diberikan untuk menyelesaikan persoalan ini. "Kami berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan dan membantu kami para petani agar kita bisa mengelola pertanian dengan baik. Tanpa pupuk yang cukup dan tepat waktu, sulit bagi kami untuk bertahan," tambahnya.
Dampak Jangka Panjang pada Ketahanan Pangan
Situasi seperti ini tidak hanya berdampak pada individu petani, tetapi juga dapat mempengaruhi ketahanan pangan secara lebih luas. Jika para petani di daerah sentra produksi seperti Padang Lawas terus menghadapi masalah serupa, terdapat potensi penurunan hasil panen yang bisa mempengaruhi pasokan pangan.
Langkah pemerintah untuk memperbaiki distribusi dan alokasi pupuk bersubsidi harus menjadi prioritas utama. Penyusunan kebijakan yang tangguh, termasuk pengawasan distribusi dan memastikan pasokan mencukupi kebutuhan, adalah kunci dalam mengatasi masalah ini.

David
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.