
JAKARTA - Di tengah arus industri fesyen global yang serba cepat dan penuh persaingan, batik tetap berdiri sebagai simbol budaya sekaligus kekuatan ekonomi nasional. Namun, untuk terus relevan dan kompetitif, industri batik nasional memerlukan fondasi yang kuat dalam hal mutu dan keaslian. Salah satu strategi yang kini digencarkan adalah penerapan standardisasi dalam setiap lini produksi batik.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menaruh perhatian besar terhadap pelestarian dan pengembangan industri batik agar semakin berkontribusi terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya sebagai warisan budaya, batik kini juga menjadi sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, terutama dari pelaku industri kecil dan menengah (IKM).
“Kain batik yang sarat dengan berbagai latar belakang kisah dan makna, kini semakin dikenal dan digemari masyarakat lintas generasi, bahkan kain batik sudah bisa menembus pasar global,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita dalam keterangannya di Jakarta.
Baca JugaCristiano Ronaldo Siapkan Penampilan Terakhir di Panggung Dunia
Seiring meningkatnya permintaan terhadap batik, tantangan yang dihadapi industri ini pun semakin kompleks. Salah satu tantangan terbesarnya adalah menjaga keaslian dan kualitas produk di tengah maraknya kain tiruan batik. Situasi inilah yang membuat pemerintah mendorong para pelaku IKM untuk mengakses berbagai program pembinaan, fasilitasi, hingga promosi yang tersedia, agar dapat bersaing secara sehat dan berkelanjutan.
“Bahkan peningkatan kualitas industri batik, juga kami lakukan dengan pendekatan berbasis standardisasi. Sebab, saat ini kemunculan kain tiruan batik juga semakin marak dan membuat konsumen kesulitan membedakannya dari batik asli,” ungkap Reni.
Dalam konteks ini, standardisasi menjadi kunci penting untuk menghadapi dinamika pasar serta tantangan globalisasi. Standar seperti SNI Batik (Standar Nasional Indonesia), SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), Batikmark, Sertifikasi Halal, hingga Sertifikasi Industri Hijau, diyakini dapat memberikan jaminan terhadap kualitas, keaslian, dan keberlanjutan proses produksi batik.
“Setiap standardisasi ini menjamin suatu aspek, seperti SNI untuk kualitas produk, SKKNI untuk kompetensi perajin, Batikmark untuk keaslian produk, sedangkan Halal dan Industri Hijau merupakan standardisasi khusus yang berpotensi memperluas akses pasar bahkan sampai ke luar negeri,” lanjutnya.
Standardisasi tidak hanya berguna untuk aspek teknis produksi, tetapi juga mampu memberi nilai tambah dalam hal pemasaran dan citra merek. Reni menambahkan bahwa di era meningkatnya kesadaran konsumen terhadap orisinalitas, estetika, dan dampak lingkungan, produk batik yang telah tersertifikasi memiliki posisi tawar yang lebih tinggi di pasar.
“Di tengah meningkatnya kesadaran konsumen terhadap isu keaslian, estetika, dan keberlanjutan lingkungan, batik yang tersertifikasi memiliki peluang lebih besar untuk menjadi pilihan utama konsumen,” imbuhnya.
Untuk memperluas pemahaman para pelaku IKM tentang pentingnya standardisasi, Ditjen IKMA bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI) menggelar Webinar bertema “Standardisasi pada Industri Batik”. Acara yang diadakan secara daring ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menyambut Gelar Batik Nusantara (GBN) dan Hari Batik Nasional (HBN).
Webinar tersebut menghadirkan berbagai narasumber dari regulator hingga praktisi industri, seperti Direktur Penguatan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional, Asesor Manajemen Mutu Industri dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik, serta Direktur Akasia Batik Yogyakarta. Para peserta diajak untuk memahami tidak hanya pentingnya standardisasi, tetapi juga proses teknis pengajuannya.
Sebagai penutup rangkaian acara, akan digelar Pameran Gelar Batik Nusantara di Pasaraya Blok M, Jakarta. Pameran ini menjadi ajang unjuk gigi produk batik unggulan dari berbagai daerah sekaligus sarana edukasi publik mengenai pentingnya menjaga mutu dan warisan budaya.
Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat membangun kesadaran dan pemahaman para pelaku IKM batik maupun konsumen terhadap pentingnya penerapan standardisasi dalam industri batik.
“Kegiatan ini dapat menjadi ruang sinergi antara pelaku usaha, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam memperkuat fondasi industri batik nasional. Sebab, keberlanjutan industri batik sangat ditentukan oleh kesadaran kolektif terhadap pentingnya penerapan standar mutu,” terang Budi.
Ia juga menegaskan bahwa semua pihak, mulai dari pelaku usaha, pemerintah, hingga konsumen, perlu mengambil peran aktif dalam menjaga keberlangsungan dan daya saing industri batik. Sebab, batik tidak hanya sekadar kain, tetapi juga identitas budaya yang mengandung nilai ekonomi sangat besar.
“Batik bukan sekadar kain, tapi identitas budaya yang punya kekuatan ekonomi besar jika dijaga mutunya, dikuatkan standarnya, dan dikenalkan secara berkelanjutan,” lanjut Budi.
Dukungan terhadap inisiatif ini juga datang dari kementerian lain. Salah satunya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga KPPPA, Rini Handayani, yang juga merupakan Anggota Presidium Ikatan Pimpinan Tinggi (PIMTI) Perempuan Indonesia, menyampaikan bahwa pelaku industri batik mayoritas adalah perempuan.
“Industri batik telah menjadi ruang kehidupan bagi jutaan pelaku IKM perempuan. Di pelosok negeri ini, industri batik mayoritas ditopang oleh tenaga kerja perempuan. Mulai dari perajin, pelaku usaha, ibu rumah tangga, kepala keluarga perempuan, hingga generasi muda menjadikan batik sebagai sumber penghidupan, maka penguatan kapasitas dan kualitas menjadi hal yang penting untuk terus ditingkatkan,” ungkap Rini.
Dengan kolaborasi yang solid dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat sebagai konsumen, maka batik Indonesia akan tetap bertahan sebagai warisan budaya yang hidup dan bernilai ekonomi tinggi. Melalui penguatan standardisasi, industri batik nasional diyakini dapat melangkah lebih jauh, tidak hanya di pasar domestik, tapi juga di panggung global.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Cek Status KPR Online Lewat HP, Mudah dan Cepat
- 21 Juli 2025
4.
5.
Sembako Jogja Hari Ini, Cabai Turun Bawang Naik
- 21 Juli 2025